Sabtu, 23 Oktober 2021

KONSEP DASAR EKONOMI KOPERASI

 Multi Media Pembelajaran




Sabtu, 13 Februari 2021

Prestasi akademik mahasiswa pendidikan ekonomi UHO

 












































Jumat, 05 Agustus 2016

INOVASI KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR


La Ode Muhammad Yamin
G2G1 15 049

A.    PENDAHULUAN
Kegiatan belajar mengajar sebagai suatu sistem, selalu mendapat perhatian, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat pada ummnya. Meskipun demikian, tamatan pendidikan guru belum sepenuhnya bisa meningkatkan mutu seperti yang dicita-citakan . Hal ini dapat dipahami karena masalah mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kualitas guru, siswa, metode, alat, sarana dan prasarana belajar, kurikulum, biaya, media, serta fasilitas lingkungan pendidikan.
Faktor yang  penting bagi tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal adalah guru. Hal ini senada dengan pernyataan yang berbunyi “Di tangan gurulah terletak berhasil atau tidaknya peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar” (Ansyar dan Nurtain, 1992:105). Senada dengan itu, Sucipto dan Mukti, (1992:159) menegaskan bahwa guru memegang kunci informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan kelas yang dibinanya. Pandangan lain menyatakan bahwa peranan guru dalam pembelajaran belum dapat diganti oleh mesin pengajar, tape recorder, komputer dan lain-lain (Arbi dan Syahrun, 1992:129). Berdasarkan atas uraian-uraian tersebut dapat dikatakan bahwa betapa pentingnya peranan guru terhadap siswa.
Kondisi semacam ini memberi gambaran kepada kita, betapa besarnya harapan masyarakat terhadap guru, dalam membawa anak didiknya ke masa depan yang lebih baik, sehingga mampu menciptakan insan pembangunan yang cerdas, terampil berbudi pekerti luhur. Namun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan hal-hal yang sangat jauh dari apa yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh kenyataan di lapangan, rendahnya Nilai Ebtanas Murni (NEM) para siswa mulai jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, serta meningkatnya kemerosotan moral sehingga terjadi hal-hal yang kurang terpuji. Sementara itu, munculnya inovasi-inovasi untuk memperluas program wajib belajar di daerah terpencil dengan kelompok-kecil misalnya, sebagaimana ditemukan Sarna (1997:9) juga memerlukan pendekatan khusus yang berbeda dengan sekolah normal di wilayah yang lebih maju.
Kenyataan tersebut, dapat menjadi petunjuk bahwa guru perlu meningkatkan kemampuan dan perhatiannya terhadap aktivitas dan kualitas proses pembelajaran yang ada. Seharusnya dalam kegiatan belajar mengajar para guru dapat menggunakan berbagai macam pendekatan dan cara, agar proses dan hasil pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Apabila pendekatan dan cara pembelajaran yang ditempuh oleh guru dapat terlaksana dengan baik, kemungkinan besar kualitas hasil belajar para siswa dapat ditingkatkan. Kegiatan semacam itu hanya akan dapat berjalan dengan baik, apabila para guru mau mengembangkan diri, dan berusaha secara maksimal mendayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya. Kegiatan belajar mengajar akan dapat berjalan secara optimal, apabila guru dapat melibatkan seluruh komponen dari sistem pembelajaran tersebut. Proses dan hasil belajar akan menjadi efektif dan efisien apabila dibarengi dengan ide atau gagasan-gagasan baru, daya aktivitas  dan kreativitas guru yang tinggi.

B.     KONSEP INOVASI TENAGA KEPENDIDIKAN
Inovasi, secara teoretik-konseptual dapat dijelaskan sebagau suatu ide atau gagasan yang baru dalam konteks sosial tertentu. Sesuatu yang baru itu mungkin sudah lama dikenal, tetapi belum dilakukan perubahan (Ansyar dan Nurtain, 1992:31). Pendapat lain menyebutkan bahwa inovasi adalah suatu pengenalan hal-hal yang baru, masukan, pembaharuan, penemuan baru dari hal-hal yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, baik berupa gagasan, metode maupun alat (Depdikbud, 1990 : 333).
Inovasi merupakan suatu usaha untuk menemukan sesuatu yang baru dengan melakukan kegiatan invention dan discovery. Invention adalah suatu penemuan yang benar-benar baru, belum pernah ada. Discovery adalah suatu penemuan sesuatu benda, dan sesuatu itu memang telah ada sebelumnya (Subandijah, 1992:80). Ibrahim (1989) mengatakan, bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa ide, barang, kejadian , metode  yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Berdasarkan atas beberapa uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah suatu penemuan baru, baik invention maupun discovery, maupun berupa ide (gagasan), metode dann alat.
Kaitan inovasi tenaga kependidikan guru dengan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003) dijelaskan bahwa yang dimaksud tenaga kependidikan adalah meliputi  tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, pengembang pendidikan, pustakawan, laboran dan teknisi sumber belajar. Adapun tugas-tugas tenaga kependidikan dijelaskan pada pasal 27 ayat 1 antara lain, melakukan kegiatan mengajar, meneliti, melatih, mengembangkan, mengelola, dan memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.
Pasal lain, ditegaskan pula bahwa setiap tenaga kependidikan berkewajiban membina loyalitas pribadi peserta didik terhadap ideologi negara Pancasila dan UUD 1945, menjunjung tinggi kebudayaan bangsa, memiliki tanggung jawab pengabdian dan meningkatkan kemampuan profesional, sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan atas uraian-uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tenaga kependidikan meliputi, tenaga-tenaga edukatif dan non edukatif yang memiliki peranan yang amat kompleks, baik kegiatan belajar mengajar, pelatihan, penelitian, pengembangan, pengelolaan maupun layanan teknisi dalam bidang pendidikan. Atas dasar pengertian tersebut,  tampaknya guru sebagai salah satu bagian dari tenaga kependidikan, kecuali tugas sehari-hari mengajar, mempunyai tugas lain, seperti melakukan kegiatan pelatihan, penelitian, pengembangan, pengelolaan ataupun layanan teknisi pendidikan lainnya.

C.    INOVASI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
Sebagaimana dijelaskan Suharsono (2001), pembelajaran adalah kegiatan penciptaan situasi yang memungkinkan terjadinya tindak belajar secara optimal. Optimalisasi tindak belajar itu bisa terjadi karena adanya rancangan skenario kegiatan belajar dan variasi pola interaksi yang memungkinkan siswa berkembang segenap kecakapan intelektual dan kecerdasan emosionalnya secara optimal. Interaksi itu bisa terjadi antara guru, siswa, bahan dan media belajar secara teratur dalam rangka mencapai tujuan (Moedjiono dan Dimyati, 1992:1).
Kegiatan belajar mengajar secara empirik merupakan wujud dari interaksi antara guru dengan siswa dalam prosedur intruksional (Hasibuan dan Moedjiono, 1986 : 3). Kegiatan belajar mengajar diartikan sebagai hubungan interaktif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa (Roestiyah, 1986:44). Berdasarkan atas pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan pola umum hubungan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa yang didukung oleh semua komponen belajar mengajar, untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. Hasil yang diharapkan bisa memiliki dampak pengajaran dan dampak pengiring secara berkesinambungan di sepanjang hayat, termasuk didalamnya siswa dapat berpikir kritis, kreatif, aktif, sopan, dan terampil.
Sejarah pendidikan dapat diketahui bahwa kebanyakan guru SD mengajar sampai saat ini, menggunakan metode ceramah, serta didasarkan pada satuan pelajaran yang disusun sedemikian rupa atas dasar buku paket yang disajikan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Kegiatan itu tidak ada salahnya, sepanjang tidak menyimpang dari kurikulum, dan Garis Besar Program Pengajaran sebagai bahan acuannya. Namun demikian, perlu diingat bahwa guru memiliki kewenangan untuk memilih bahan-bahan yang cocok (relevan) dengan kepentingan para siswa. Jadi, sebenarnya proses belajar mengajar tersebut bersifat fleksibel. Artinya, selaras dengan situasi, kondisi, kebutuhan, tuntutan dengan kepentingan serta metode dan media yang tepat. Dengan kata lain, secara singkat dapat dijelaskan bahwa cara tradisional semacam itu harus diperbaharui melalui inovasi-inovasi tertentu agar hasil dapat dicapai secara maksimal dan optimal.
Peningkatan kualifikasi dan kemampuan guru di Sekolah Dasar berupa guru yang kreatif dan inovatif dapat melakukan inovasi dalam metode belajar mengajar dalam berbagai macam metode, strategi, pendekatan, dan dan model pembelajaran inovatif, seperti ceramah bervariasi, CBSA, problem-solving, belajar penemuan, cooperatif learning, social inquiry, dan model-model lain yang relevan dengan pokok dan topik bahasan. Sebagaimana dipaparkan Santyasa (2005), paradigma baru pembelajaran lebih meletakkan landasan bahwa belajar merupakan aktivitas konstruktif siswa itu sendiri. Aktivitas pembelajaran itu akan terakomodasi secara optimal jika didukung oleh keberadaan fasilitas dan produk-produk pembelajaran yang memadai.
Untuk mewujudkan terjadinya proses belajar dan pembelajaran yang optimal seperti itu, diperlukan sejumlah asumsi dan cara pandang tertentu dari para guru, dan guru SD pada umumnya, tentang bagaimana memperlakukan siswanya. Barikut ini disajikan beberapa pola perlakuan guru kepada siswa agar inovasi pembelajaran di kelas dapat tercipta.

D.    PERLAKUAN SISWA BERMARTABAT
Kegiatan ini guru harus memandang siswa sebagai sosok insan yang bermartabat. Artinya, siswa harus dipandang sebagai individu yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Siswa harus diperlakukan sebagai sosok manusia yang memiliki kepribadian. Dia lahir di dunia memiliki pikiran, perasaan, keinginan, cita-cita, harga diri, bakat, minat, kesadaran moral, daya imajinasi, dan lain-lain yang perlu dikembangkan. Siswa senantiasa memerlukan bantuan, bimbingan dan pemikiran-pemikiran yang dapat mendorong dirinya untuk maju dan berkembang. Dalam tulisan ini sebagai contoh : apabila seorang guru menjumpai seorang siswa yang menunjukkan nilai prestasi belajarnya selalu rendah, ini bukan berarti siswa tersebut harus mendapat caci maki dari guru tersebut, tetapi hendaknya guru mencari sebab-sebab kesulitan belajar yang dialaminya. Seharusnya guru tersebut mempunyai ide, gagasan, atau inisiatif untuk mencari faktor penyebabnya.
Sejumlah kemungkinan sebab yang terjadi, hendaknya dikaji secara mendalam letak kelemahannya. Apabila guru tersebut telah menemukan kelemahan atau kekurangannya, maka akan dapat menemukan jalan keluarnya, termasuk di dalamnya keengganan guru untuk menempatkan siswa sebagai subjek belajar yang unik dan sebagai pribadi yang memiliki banyak kelebihan dan kelemahan dari lahirnya.
Apabila guru memperhatikan anak didiknya, berarti guru itu menghargai dan menghormati siswa. Menghargai dan memperlakukan siswa secara manusiawi semacam ini menurut pendapat Brant dapat membangkitkan semangat yang amat tinggi, sehingga merangsang siswa untuk menjadi cerdas dan sikap mandiri yang andal (Ansyar dan Nurtain 1992:109). Memperlakukan siswa sebagai seorag “pribadi” berarti menghargai siswa sebagai sosok bermartabat. Penghargaan itu jelas akan bisa menjadi embrio kebaikan dan dapat menjadi titik tolak perkembangan diri pribadi siswa untuk bersikap dan berpikir positif (positif thinking) terhadap apa yang ada di lingkungan sekitar dan masyarakat pada umumnya.

E.     LATIHAN BERPIKIR KRITIS
Kondisi saat ini, kegiatan belajar mengajar di Sekolah Dasar pada umumnya didominasi oleh guru kelas. Kebanyakan siswa terkondisikan pasif. Budaya yang sudah lama berjalan, adalah guru datang di dalam kelas menerapkan materi bahan dengan ceramah. Siswa datang, duduk, diam dan mendengarkan. Keaktifan siswa seolah-olah terfokus pada hal-hal yang tampak saja seperti : datang, duduk, diam, mendengarkan keterangan guru. Dengan cara demikian, hal-hal yang tidak tampak (abstark) sangat terkesampingkan seperti : berpikir kritis, aktif, kreatif dan lain-lain. Atas dasar itulah diperlukan langkah baru (inovasi), agar semua siswa tersebut melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya, baik secara fisik maupun mental. Untuk memenuhi aktivitas, baik fisik maupun mental diperlukan cara-cara baru, yaitu dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Apakah CBSA itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, menurut Nana Sujana (1988) CBSA adalah proses kegiatan belajar mengajar yang subyek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga anak didik benar-benar berperan secara aktif. (Dr. Subandijah, 1992 : 112). Menurut Partika (dalam Subandijah,1992 : 12) CBSA adalah proses belajar mengajar yang menggunakan berbagai metode yang menitik beratkan pada keaktifan fisik, mental, emosional, intelektual, untuk mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kawasan kognitif, afektif dan psikomotor skill secara optimal. Dengan demikian, CBSA merupakan suatu proses interaktif aktif seluruh potensi manusiawi siswa meliputi : emosi, feeling, pikiran, nilai, moral, secara fungsional dalam menginternalisasi dan mempersonalisasikan suatu tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Berdasarkan sejumlah konsep dan pemikiran tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa CBSA adalah suatu pendekatan yang diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan menekankan pada keterlibatan kemampuan peserta didik. Keterlibatan siswa itu bersifat multidimensional, baik secara fisik, mental, intelektual maupun emosional sehingga hasil belajar berupa aspek-aspek kognitif, afektif maupun psikomotor dalam pribadi peserta didik dapat dicapai dengan baik.

F.     PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
Apa yang dimaksud pendekatan keterampilan proses itu? Keterampilan proses adalah keterampilan-keterampilan memproses perolehan (Semiawan, 1992 :18). Menurut pendapat Moedjiono dan Dimyanti (1992:14) pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa.
Keterampilan proses itu macamnya ada dua, yaitu basic skills dan integrated skills. Basic skill atau keterampilan dasar meliputi kegiatan : observasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur menyimpulkan dan mengkomunikasikan, sedangkan integrased skill atau keterampilan mengintegrasikan meliputi kegiatan-kegiatan : mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antara variabel, mengumpulkan data dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen. Keterampilan proses itu dalam kajian-kajian mutakhir, sebagaimana dipaparkan Santyasa (2005) termasuk dalam rumpun model pembelajaran problem based instruktion dan model group investigation. Hanya saja dalam pelaksanaannya parlu disesuaikan dengan pokok-pokok bahasan dalam kurikulum SD. Adapun dalam pelaksanaannya menuntut sejumlah keterampilan dasar untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian dan mengkomunikasikan hasilnya kepada guru dan kelompok kerja siswa di kelas.
Berdasarkan beberapa konsep tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh para siswa dalam melaksanakan kegiatan observasi, klasifikasi, interprestasi, memprediksi (meramalkan), measurement (pengukuran) dan komunikasi (menghubungkan) terhadap suatu topik persoalan. Dalam konteks  ini pelaksanaannya disesuaikan dengan tingkat kemampuan para siswa dengan sejumlah prasarat  keterampilan dasar (basic skills) berpikir dan bertindak yang memadai.
Pengelolaan proses belajar-mengajar inovatif, ada  banyak faktor yang menjadi komponen-komponen proses tersebut, antara lain : siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode , media, evaluasi. Demikian pula apabila dilihat dari dimensinya maka terdapat tiga macam dimensi, yaitu dimensi perencanaan dan pelaksanaan, dan evaluasi. Pada strategi dimensi perencanaan, seorang guru dituntut untuk memikirkan dan mengupayakan secara strategis merumuskan, memilih, dan menetapkan tentang aspek-aspek dari komponen-komponen pembentukan sistem pengajaran yang ada sehingga aspek-aspek yang diperlukan berinteraksi dan berintegrasi secara konsisten.
Kaitannya dengan pelaksanaan PBM, pembelajaran inovatif mempersyaratkan adanya bermacam strategi belajar mengajar dalam rentangan ekspositoris dan heuristik. Ekspositoris dimaksudkan suatu strategi belajar mengajar yang menyiasati agar aspek-aspek pembentukan sistem instruksional mengarah pada tercapainya isi pelajaran kepada siswa secara langsung. Sedangkan, heuristik adalah suatu strategi belajar mengajar yang menyiasati agar aspek-aspek pembentukan sistem instruksional mengarah kepada keaktifan siswa untuk menemukan sendiri fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan oleh siswa. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa guru SD perlu memahami dan melaksanakan strategi belajar mengajar yang tepat, agar tujuan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.
Pada dimensi evaluasi, para guru dituntut untuk dapat melaksanakan proses belajar mengajar secara baik, baik di dalam membuat persiapan mengajar, maupun menentukan rumusan tujuan-tujuan pengajaran yang diinginkan. Tujuan yang telah dirumuskan itu harus dievaluasi tingkat keevektivan proses dan tingkat keoptimalan hasil-hasilnya. Evaluari proses itu, sebagaimana dijelaskan Mardapi (2005), dapat dilakukan dengan penerapan asesmen portofolio, yaitu suatu jenis evaluasi yang bersifat menyeluruh yang bisa mencakup pekerjaan rumah, tugas kelas, tes buatan guru, komposisi atau karagan, presentasi, penyelidikan, ceklis pengamatan, seni  visual, refleksi diri dan analisis ceklis, produk grup, bukti keterampilan sosial, catatan anekdot, laporan naratif, hasil tes baku, photo, dan unjuk kerja proyek siswa. Menurut Mardapi (2005:10), di Sekolah Dasar portofolio bisa mencakup semua aspek tersebut, baik portifilio proses maupun portofolio hasil-hasil belajar dan karya terbaik siswa.


G.    PENUTUP
Berdasarkan hasil kejian pustaka di muka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar, guru harus melaksanakan sistem pembelajaran  secara menyeluruh dengan menggunakan semua komponen yang ada secara optimal. Untuk mendukung tugas profesinya, guru memerlukan langkah-langkah pembaharuan dengan menggali ide-ide baru yang inovatif, memupuk aktivitas dan kreativitas dalam proses pembelajaran, serta mengkondisikan terjadinya tindak belajar yang optimal.
Aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru harus tepat pada sasaran, baik keterlibatan sasaran fisik maupun mental. Proses pembelajaran yang ada harus berorientasi pada diri siswa, dan peranan guru sebagai pembina, pelatih dan fasilitator. Tugas guru tidak hanya mendidik dan mengajar, tetapi juga melakukan telaah, melatih,  dan mengelola kegiatan belajar-mengajar dengan memperlakukan siswa secara bermartabat, memberi banyak latihan berpikir kritis, dan dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses agar bisa didapatkan hasil belajar yang optimal sejalan dengan kemajuan teknologi dan kecamapan hidup di masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA


Ansyar, Mohammad dan Nurtain, 1992. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.   Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Arbi, Sutan Zanti dan Syahmiar Syahrun, 1992. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Conny R.Semiawan, 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : Grasindo
Hasibuan dan Moedjiono, 1986. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Karya
Mardapi, Djemari. 2005. Asesmen Portofolio. Makalah. Disampaikan pada Seminar Lokakarya Asesmen Berbasis Kompetensi IKIPN Singaraja, 28 Juli 2005.
Moedjiono dan Moh. Dimyati, 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 1998/1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan
Roestiyah, 1986. Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem. Jakarta : Bina Aksara
Santyasa, Wayan. 2005. ‘Inovasi Pembelajaran’. Makalah disajikan dalam Penataran guru-guru SD, SMP, SMA dan SMK se Kabupaten Jembrana, Juni-Juli 2005
Sarna, Ketut. 1997. ‘Model Pengelolaan SD-Kelompok Kecil di Daerah Sulit (Suatu Inovasi Kebijakan Pendidikan). Aneka Widya. Edisi Khusus No. 2 (30): 1-15.
Subandijah, 1992. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta : Grafindo Persada
Sucipto dan Basori Mukti, 1991/1992. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Suharsono, Naswan. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PP3M Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional

Rabu, 08 Juni 2016

BOCORR...!!! Hillary Clinton Akui ISIS Ciptaan AS untuk Pecah Belah Negara ISLAM!!!



Fenomena munculnya gerakan Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS), menimbulkan satu pernyataan mengagetkan yang dilontarkan mantan Menlu AS Hillary Clinton. Dalam buku paling barunyaberjudul Hard Choice, Hillary mengaku bila gerakan itu dibuat oleh AS bersama sekutunya untuk membuat Timur Tengah selalu bergolak.

Dikatakannya, ISIS dibuat dan diumumkan pada 5 Juni 2013 oleh pemerintah AS berbarengan dan negara-negara barat sekutunya untuk memecah belah Timur Tengah (Timteng).
Kami telah berkunjung ke 112 negara sedunia. Lalu kami bersama-sama beberapa rekanan sepakat mengakui satu Negara Islam (Islamic State/IS) saat pengumuman itu, ” tulis Hillary seperti ditulis harian Mesir, Elmihwar, Rabu (6/8/2014).

Awalannya gerakan itu akan didirikan di Sinai, Mesir, usai revolusi yang bergolak di beberapa negara Timur Tengah. Namun saat berlangsung kudeta yang digerakkan militer meletus di Mesir, semua gagasan itu berantakan.
 saksikan juga : Presiden Korea Utara : Terorisme Hanya Kedok Amerika Untuk Gulingkan Negara Islam


“Kami masuk Irak, Libya dan Suriah. Dan semuanya jalan demikian baik. Namun mendadak meletus revolusi 30 Juni-7 Agustus di Mesir.

Itu buat semuanya gagasan berpindah dalam tempo 72 jam, ” ungkap istri sisa presiden AS, Bill Clinton itu.
Pihak barat, menurut Hillary, pernah memikirkan untuk menggunakan kemampuan di Mesir. Namun negeri piramida itu tidaklah Suriah atau Libya karena militer negara itu termasuk kuat. Diluar itu, warga Mesir cenderung tidak pernah meninggalkan militer mereka.
Jadi, apabila kami gunakan kemampuan melawan Mesir, kami akan rugi. Tetapi apabila kami tinggalkan, kami juga rugi, ” tulis dia.

Terlebih dulu, sisa karyawan Kontrak US National Security Agency (NSA), Edward Snowden juga melemparkan pernyataan yang hampir sama.
Snowden, seperti ditulis Globalresearch, mengatakan ISIS sebagai produk hubungan kerja pada Inggris, Amerika Serikat dan Israel dengan maksud membuat satu organisasi teroris untuk menarik semua ekstrimis dunia dalam satu tempat.

Dalam berita itu dijelaskan juga bila Snowden membuka cara yang dikenal sebagai operasi “Sarang Lebah”. Dokumen NSA perlihatkan operasi “Sarang Lebah” memiliki maksud membuat perlindungan entitas Zionis dengan membuat slogan-slogan agama dan Islam.
Menurut dokumen yang peluncuran oleh Snowden, hanya satu jalan keluar membuat perlindungan negara Yahudi itu yaitu dengan bikin musuh di dekat perbatasannya.

Bocoran informasi rahasia ini bisa mengungkap bila pemimpin ISIS dan Abu Bakar Al-Baghdadi yaitu jebolan program pendidikan Mossad. Dia di ketahui pernah ikuti pelatihan militer intensif sepanjang satu tahun dibawah kendali Mossad, selain program dalam sisi teologi.


sumber: http://kumpulaninformasi19.blogspot.com/2016/06/bocorr-hillary-clinton-akui-isis.html.

Sabtu, 04 Juni 2016

Khutbah Rasulullah Saw Jelang Ramadhan





Imam Ibnu Khuzaimah dalam kitab at-Targhib meriwayatkan sebuah hadits dari Salman ra yang mengatakan, Rasulullah Saw pada hari terakhir bulan Sya’ban berkhutbah di hadapan kaum Muslim:

“Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan dinaungi oleh suatu bulan yang agung lagi penuh berkah, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan; bulan yang Allah telah menjadikan puasa-Nya suatu kewajiban dan qiyam (sholat) pada malam harinya suatu tahawwu’ (ibadah sunnah yang sangat dianjurkan). Siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan (sunnah) di dalamnya, (ia diganjar pahala) sama seperti menunaikan kewajiban (fardhu) di bulan yang lain. Dan siapa saja yang menunaikan kewajiban di bulan Ramadhan, (ia diganjar pahala) sama dengan orang yang mengerjakan 70 kali kewajiban tersebut di bulan yang lain. Ramadhan adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu pahalanya adalah surga (al jannah).  Ramadhan itu adalah bulan memberikan pertolongan dan bulan Allah menambah rizki para mukmin di dalamnya.  Siapa saja yang pada bulan itu memberikan makanan berbuka kepada orang yang puasa, maka perbuatan itu menjadi pengampunan atas dosa-dosanya, kemerdekaan dirinya dari api neraka, dan ia mendapatkan pahala seperti pahala orang berpuasa yang diberinya makanan berbuka itu tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu.”
Para sahabat berkata: “Ya Rasululullah, tidak semua dari kami memiliki makanan berbuka untuk orang-orang yang berpuasa.”  Rasulullah Saw pun menjawab: “Allah memberikan pahala tersebut kepada orang yang memberikan sebutir korma sekalipun atau sekedar seteguk air atau sehirup susu. Bulan Ramadhan ini adalah bulan yang permulaannya adalah rahmat, pertenga-hannya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka. Siapa saja yang meringankan beban dari orang yang dikuasainya (hamba sahaya atau bawahannya), niscaya Allah mengampuni dosanya dan membebaskannya dari api neraka. Karena itu perbanyaklah empat perkara di bulan Ramadhan ini. Dua perkara yang dengannya kalian menyenangkan Tuhan kalian dan dua perkara lainnya sangat kalian butuhkan. Dua perkara yang kalian lakukan untuk menyenangkan Tuhan kalian adalah: mengakui dengan sesungguhnya bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan kalian memohon ampunan kepada- Nya. Adapun dua perkara yang sangat kalian butuhkan adalah kalian memohon surga-Nya dan berlindung dari api neraka. Siapa saja yang memberi minum kepada orang yang berpuasa niscaya Allah akan memberinya minum dari air kolamku dengan suatu minuman yang dia tidak merasa haus lagi sesudahnya hingga ia masuk surga.”

Khutbah Rasul Saw tersebut berisi sejumlah informasi dan pesan penting yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh setiap Mukmin. Ini didasarkan pada kenyataan, bahwa sekarang ini kita hidup pada suatu masa yang jauh dari Rasul; dan pada saat yang sama gambaran utuh kehidupan Islam telah hilang dari muka bumi ini. 
Sejumlah informasi dan pesan penting dari khutbah Rasul Saw di atas di antaranya: (1) Ramadhan adalah bulan agung (syahrun ‘azim) yang penuh berkah (syahrun mubarak) yang mempunyai bobot lebih dibanding sebelas bulan lainnya dan disebut sebagai penghulu segala bulan (sayidus syuhur). (2) Di dalam keagungan Ramadhan terdapat satu malam yang sangat utama bagi umat manusia yaitu Lailatul Qadar. 
(3), Pada bulan ini Allah Swt mewajibkan shaum sebulan penuh (lihat Qs. Al-Baqarah [2]:183) yang tujuannya adalah agar kita meningkatkan keimanan dan ketakwaan semaksimal mungkin. (4) Selain mewajibkan ibadah puasa di siang hari, Allah Swt menganjurkan ibadah sunah di malam hari berupa qiyamul lail yang dikenal dengan shalat tarawih. 
(5) Allah Swt menawarkan pahala luar biasa kepada kaum Muslim yang rajin beribadah di bulan Ramadhan. (6) Ramadhan disebut juga dengan bulan kesabaran (syahrul shabri). (7) Ketujuh, Ramadhan adalah bulan memberikan pertolongan (syarul muwâsah).
(8) Ramadhan adalah bulan dimana Allah Swt menambahkan rizki-Nya kepada seorang Mukmin. (9) Kita dianjurkan untuk memberi makan untuk berbuka bagi orang-orang yang mengerjakan ibadah puasa. (10) Ramadhan adalah bulan yang hari-hari pertamanya adalah rahmat (kasih sayang) Allah Swt kepada kaum Muslim, hari-hari pertengahannya adalah hari pengampunan (maghfirah), dan hari-hari terakhirnya adalah pembebasan kaum Muslim dari api neraka. 
(11) Meringankan beban orang yang dikuasainya; yakni mamluk (orang-orang yang dikuasai); misalnya, budak untuk jaman dahulu, atau barangkali untuk sekarang adalah pegawai dan bawahan).
(12) Ada empat perkara yang dipesankan Rasul Saw agar diperbanyak kaum muslimin di bulan Ramadhan; dan (13) siapa saja yang memberi minum kepada orang-orang yang berpuasa akan mendapatkan ganjaran yang tak ternilai harganya; yakni akan mendapatkan minuman dari Allah Swt di akhirat kelak. 
Semoga Ramadhan 1436 H ini dapat kita isi dengan amal ibadah semaksimal mungkin, sebagaimana pesan dalam khutbah Rasulullah Saw di atas. Wallahu A’lam.



Sumber: http://www.suara-islam.com/read/index/14496/-Khutbah-Rasulullah-Saw-Jelang-Ramadhan.

Rabu, 01 Juni 2016

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN IPS DI SMA/MA [1]



LA ODE MUH. YAMIN [2]


A.    Pendahuluan
Salah satu tujuan dari bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah misalnya dengan memperbaiki kualitas pendidikan dengan cara meningkatkan kualitas pembelajaran, memberikan beasiswa untuk anak-anak berprestasi dan anak-anak yang kurang mampu, maupun memperbaiki sarana dan prasarana sekolah untuk mendorong semangat guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Tidak kalah penting, pendidikan IPS juga berupaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan indonesia.
Pendidikan IPS memiliki peranan besar dalam membangun suatu negara. Pendidikan IPS yang berkualitas tentu akan menghasilkan generasi penerus yang berbobot untuk pengembangan negara. Dan setiap individu wajib terlibat dalam pendidikan, khususya pembelajaran IPS yang dituntut berperan serta secara maksimal guna meningkatkan mutu pendidikan. Soemantri (Mujahida, 2013: 5) Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Pengertian ini mengarah pada pendidikan IPS sebagai mata pelajaran disekolah dan berlaku untuk pendidikan dasar dan menengah.
Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran untuk tingkat sekolah sangat erat hubungannya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora yang dikemas secara ilmiah untuk kepentingan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, IPS ditingkat sekolah bertujuan untuk memepersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai untuk memecahkan suatu masalah pribadi maupun sosial, serta ikut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat agar menjadi warga negara yang baik.
Akhmad (2011: 7) Karakteristik mata pelajaran IPS di SMA antara lain sebagai berikut:
a.       Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama (Soemantri)
b.      Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu. Sehingga dalam kurikulum 2013, di SMA dan MA tidak ada mata pelajaran IPS tetapi mata pelajaran yang terkait dengan disiplin-disiplin ilmu yang secara tradisional dikelompokkan ke dalam kelompok Ilmu-ilmu Sosial
c.       Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
d.      Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan (Daldjoeni)
Untuk menunjang peningkatan pendidikan pada pembelajaran IPS dituntut hadirnya seorang guru yang memiliki kriteria tinggi demi menaikkan kualitas peserta didik. Guru berperan penting selama proses pendidikan. Guru harus bisa membangun sebuah kolaborasi dengan siswa agar terjadi interaksi yang pada akhirnya akan menimbulkan suasana belajar yang kondusif.
Solehudin (2014: 4) guru yang berkualitas adalah guru yang benar-benar menguasai apa-apa yang harus dimiliki seseorang dalam menekuni pekerjaanya, dalam hal ini ilmu-ilmu pendidikan yang dapat memenuhi kriteria dia sebagai guru yang profesional dan mencintai pekerjaannya, selain itu seorang guru yang berkualitas harus memiliki kemampuan-kemampuan yang dapat menunjang pekerjaan tersebut. Sehingga ketika guru tidak menguasai materi apa yang diajarkan maka bisa dikatakan bahwa guru tersebut tidak berkualitas dan mengarah pada sulitnya guru mengintegrasikn pendidikan IPS.
salah satu permasalahan mengapa pendidikan IPS begitu sulit untuk diintegrasikan, salah satunya terletak dari peran guru itu sendiri. Sehingga menimbulkan banyak problem pada pendidikan IPS khususnya pada tinggakat SMA/MA. Makalah ini akan terfokus pada problem guru dalam mengimplementasikan pendidikan IPS pada SMA/MA yang dijelaskan dengan mengambil benang merah setiap problem mata pelajaran IPS, misalnya mata pelajaran ekonomi, sejajarah, sosiologi dan lain-lain. Sehingga, penjelasan makalah ini bersifat umum mengenai problem Pendidikan IPS pada tingkat SMA/MA.

B.     Implementasi Pelaksanaan Pendidikan IPS oleh guru SMA/MA
Dalam pembelajaran IPS guru merupakan sumber utama dalam menciptakan siatuasi interaktif yang edukatif , yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan sumber pembelajaran dalam menunjang tujuan tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan sudah tentu menuntut upaya guru dalam mengaktualiasasikan kompetensi secara professional. Problem dilapangan bahwa kebanyakan guru tidak berkualitas atau tidak profesional dalam proses pembelajaran disekolah sehingga berdampak pada sulitnya guru dalam mengimplementasikan pelaksanaan pendidikan IPS dengan benar pada tingkat SMA/MA.
Pengaruh utama pembelajaran IPS di Indonesia ini sulit berkembang, adalah minimnya ketertarikan peserta didik terhadap pembelajaran IPS itu sendiri. Hal ini dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, sehingga menimbulkan masalah diantaranya adalah:
  1. Dengan alasan bahwa materi IPS adalah materi ilmu sosial maka cukup dengan menggunakan metode ceramah yang monoton saja ilmu IPS itu dapat dipahami/ dimengerti oleh siswa, ternyata fakta ini membuat siswa tidak manarik terhadap materi IPS.
  2. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi menggunakan konsep-konsep ilmu sosial yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Dengan alasan konsep ini maka dibutuhkan guru yang berkualitas dalam hal ini guru yang telah mengusai materi IPS dengan baik, artinya penyampaian materi IPS jangan terpaku pada buku melainkan harus dapat mengaitkannya dengan kondisi masyarakat pada saat itu sehingga siswa dapat memahami dengan baik tentang pelajaran IPS. Tetapi pada faktanya banyak guru yang kurang menguasai materi IPS dengan baik dan terpaku saja pada buku sehingga membuat siswa tidak dapat memahami materi IPS dengan baik dan akan berorientasi pada keterbelakangan siswa terhadap perkembangan kondisi dimasyarakat.
  3. Persepsi siswa bahwa IPS tidak penting. IPS dipandang tidak ada gunanya dalam konteks kehidupan sehari-hari baik dalam konteks kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa.  IPS tidak praktis, tidak dapat membangun gedung atau membangun jembatan, tidak dapat mendatangkan uang, tidak ada les IPS, dan begitu seterusnya yang pada intinya tidak langsung menghasilkan materi atau uang. Dalam konteks ini, masyarakat kita sudah banyak terbius oleh paham materialisme dan pragmatisme. Masyarakat juga berparadigma bahwa prospek kerja IPA lebih menjanjikan.
  4. Persepsi siswa bahwa IPS ada tingkat dua. Pembelajaran di IPS dikenal santai, sebab tidak dikelilingi oleh rumus-rumus seperti pada IPA. Maka dari itu, para peserta didik IPS jarang terikat oleh waktu dan sedikit lebih longgar dalam belajar. Hal tersebut menjadikan masyarakat lebih menomor satukan IPA yang notabene lebih     fulltime karena ada waktu untuk praktikum dan lain sebagainya. Mayoritas para orang tua juga menganggap bahwa longgarnya waktu peserta didik IPS menjadikan mereka menghabiskan waktunya untuk bermain dan melakukan hal yang kurang bermanfaat. Anggapan tersebut akhirnya mengubah mainset masyarakat tentang IPS dan meletakkannya di tingkat kedua. Kebanyakan orang tua juga menyuruh anaknya untuk terjun ke IPA, dan tentunya mereka akan sangat bangga sekali jika hal itu dapat tercapai.
  5. Tekhonologi merupakan kemajuan dalam Ilmu pengetahuan yang sangat diharapkan  dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam dunia pendidikan , suka atau tidak Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan pembelajaran IPS menjadi kurang diminati siswa, tekhnologi telah menggusur pembelajaran IPS menjadi pelajajaran yang terpinggirkan dan tidak lagi diminati para siswa. Harusnya guru mampu mengadaptasikan IPS pada teknologi dalam model pembelajaran.

C.    Solusi Terhadap Problematika Pendidikan IPS pada Tingkat SMA/MA
Setelah mengetahui adanya masalah yang timbul dalam pendidikan IPS maka perlu adanya upaya-upaya untuk mengatasinya. Supriatna (Agustrianto, 2002: 18) menyebutkan ada beberapa strategi dalam mengajarkan keterampilan sosial kepada peserta didik melalui pembelajaran IPS, diantaranya:
1.      Guru IPS harus menyajikan pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan-pendekatan dan model-model pembelajaran yang relevan dengan tujuan pembelajarannya. Salah satu model pembelajaran yang relevan adalah cooperative learning.   Dengan pembelajaran cooperative learning, maka siswa tidak saja menghafal fakta, konsep dan pengetahuan yang bersifat kognitif rendah dan guru sebagai satu-satunya sumber informasi,  melainkan akan membawa siswa untuk berpartisipasi aktif karena siswa akan diminta melakukan tugas-tugas seperti bekerja kelompok, melakukan inkuiri dan melaporkan hasil kegiatannya kepada kelas. Ini artinya guru bukan satu-satunya sumber informasi karena siswa akan mencari sumber yang beragam dan terlibat dalam berbagai kegiatan belajar yang beragam pula. Guru selain berperan sebagai fasilitator dalam semua kegiatan siswa, juga harus mengamati proses pembelajaran untuk memberikan penilaian (assessment) baik untuk pengetahuan ke-IPS-an juga menilai keterampilan social  (social skill) selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
2.      Strategi serta pendekatan konstruktivisme yang menempatkan siswa sebagai mitra pembelajaran dan pengembangan materi pelajaran dapat digunakan oleh guru IPS dalam mengembangkan keterampilan social. Keterampilan siswa dalam hal memperoleh, mengolah dan memanfaatkan informasi untuk memiliki, berdayakan dirinya dapat dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas. Guru IPS konstruktivis harus dapat memfasilitasi para siswanya dengan kesempatan untuk berlatih dalam mengklasifikasi, menganalisis, dan mengolah informasi berdasarkan sumber-sumber yang mereka terima.  Sikap kritis siswa terhadap informasi harus dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran di kelas. Guru juga harus selalu membiasakan siswa untuk memprediksi, mengklasifikasi dan menganalisis dengan demikian aspek kognitif siswa yang dikembangkan tidak hanya keterampilan dalam menghafal dan mengingat melainkan juga menganalisis, memprediksi, mengkritisi dan mengevaluasi informasi yang diterima.
3.      Strategi inkuiri yaitu stratgei yang menekankan peserta didik menggunkan keterampilan social dan intelektual dalam memperoleh pengalaman baru atau informasi baru melalui investigasi yang sifatnya mandiri. Menurut Supriatna ada beberapa keuntungan dari strategi ini, yaitu:
a.       Strategi ini memungkinkan peserta didik melihat isi pelajaran lebih realistic dan positif ketika menganalisis dan mengklasifikasikan data dalam memcahkan masalah.
b.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan isu-isu tertentu, mencari data yang relevan serta membuat keputusan yang bermakna bagi mereka secara pribadi.
c.       Menempatkan guru sebagai fasilitator belajar sekaligus mengurangi perannya sebagai pusat kegiatan belajar.
Wiraatmadja (Haslinda, 2002: 10) mengatakan belajar mengajar ilmu-ilmu social agar menjadi berdaya apabila proses pembelajarannya bermakna (meaningfull), yaitu:
1.      Siswa belajar menjalin pengetahuan, keterampilan, kepercayaan dan sikap yang mereka anggap berguna bagi kehidupannya di sekolah atau di luar sekolah.
2.      Pengajaran ditekankan kepada pendalaman gagasan penting yang terdapat dalam topic-topik yang dibahas, demi pemahaman, apresiasi dan aplikasi siswa.
3.      Kebermaknaan dan pentingnya materi pelajaran ditekankan bagaimana cara penyajiaannya dan dikembangkannya melalui kegiatan aktif.
4.      Interaksi di dalam kelas difokuskan pada pendahuluan topic-topik terpilih dan bukan pada pembahasan sekilas sebanyak mungkin materi.
5.      Kegiatan belajar yang bermakna dan strategi assessment hendaknya difokuskan pada perhatian siswa terhadap pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan yang penting dan terpateri dalam apa yang mereka pelajari.
6.      Guru hendaknya berpikir reflektif dalam melakukan perencanaan/ persiapan, perberlakuan dan assessment pembelajaran.

Semakin  maju tekhnologi, keadaan hendaklah diikuti dengan kemajuan para guru  dalam menguasai tekhnologi terutama dalam hal meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran IPS, guru hendaknya memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah dan masyarakat  untuk menjadikan materi pembelajaran IPS tetap eksis dan diminati para siswa dan yang tidak kalah pentingnya bahwa pelajaran IPS salah satu alat ukur untuk menentukan keberhasilan suatu bangsa dimasa mendatang.

D.    Penutup
Dalam perkembangannya Pendidikan IPS di Indonesia tidak lepas dari masalah-masalah. Masalah dalam pendidikan IPS dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, sehingga menimbulkan masalah diantaranya; metode ceramah yang monoton, persepsi siswa/masyarakat bahwa IPS tidak penting, persepsi siswa/masyarakat bahwa IPS ada di tingkat dua dan guru tidak mampu mengadaptasikan IPS pada perkembangan teknologi.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah pendidikan IPS adalah Guru IPS harus menyajikan pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan-pendekatan dan model-model pembelajaran yang relevan dengan tujuan pembelajarannya. Salah satu model pembelajaran yang relevan adalah cooperative learning, Strategi serta pendekatan konstruktivisme yang menempatkan siswa sebagai mitra pembelajaran dan pengembangan materi pelajaran dapat digunakan oleh guru IPS dalam mengembangkan keterampilan social, Strategi inkuiri yaitu stratgei yang menekankan peserta didik menggunkan keterampilan social dan intelektual dalam memperoleh pengalaman baru atau informasi baru melalui investigasi yang sifatnya mandiri

DAFTRA PUSTAKA

Agustrianto. 2002. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. http://agustrianto17.blogspot.co.id/2011/10/penjurusan-di-sma-sebaiknya-dihapuskan.html. tanggal akses: 28 April 2016.
Akhmad. 2011. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/03/12/karakteristik-mata-pelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-ips/. tanggal akses: 28 April 2016.
Haslinda. 2002. Pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013. http://pongkyprameswari.blogspot.co.id/2014/10/makalah-pembelajaran-ips-dalam.html. tanggal akses: 28 April 2016.
Mujahida. 2013. Pendidikan IPS kreatif. http://hidabasori.blogspot.co.id/2013/11/pendidikan-ips.html. tanggal akses: 28 April 2016.
Solehudin. 2014. Kualitas Guru. http://wacana.siap.web.id/2014/04/pengertian-kualitas-guru.html#.VyOaY9J950s. tanggal akses: 28 April 2016.






[1]   Makalah Disajikan pada Tugas Diskusi Kelompok Mata Kuliah Problematika Pendidikan IPS,  30 April 2016
[2]   Mahasiswa Program Studi Pendidikan IPS, Pascasarjana UHO