oleh:
La Ode Muh. Yamin
1.
Jelaskan hubungan antara fisafat, sains dan agama?
Jawab:
Albert
Einstein (Anwar, 2013: 1) pernah mengatakan bahwa “ilmu pengetahuan (sains)
tanpa agama buta, agama tanpa ilmu pengetahuan (sains) lumpuh”. Maksudnya,
pentingnya agama untuk melambari ilmu pengetahuan (sains) dan perlunya ilmu
pengetahuan dalam pengamalan agama. Ilmu dan agama merupakan dua instrumen
penting bagi manusia untuk menata diri, berperilaku, bermasyarakat, bernegara
serta bagaimana manusia memaknai hidup dan kehidupan. Keduanya diperlukan dalam
mendorong manusia untuk hidup secara benar.
Zainal Abidin Bagir (Anwar, 2013: 1) mengemukakan hubungan
filsafat, sains dan agama adalah sebagai berikut:
kesadaran kritis dari
filsafat sehingga membentuk ilmu pengetahuan sangat berguna untuk mengelupaskan
sisisisi ilusoris agama, bukan untuk menghancurkan agama, melainkan untuk
menemukan hal-hal yang lebih esensial dari agama.
Agama dapat selalu
mengingatkan bahwa ilmu bukanlah satu-satunya jalan menuju kebenaran dan makna
terdalam kehidupan manusia. Dalam dunia manusia, terdapat relitas pengalaman
batin yang membentuk makna dan nilai. Hal itu merupakan wilayah yang tidak
banyak disentuh oleh ilmu, wilayah yang ambigu tetap riil.
Agama dapat juga selalu
mengingatkan ilmu dan teknologi untuk senantiasa membela nilai kehidupan dan
kemanusiaan bahkan di atas kemajuan pengetahuan itu sendiri.
Agama pun dapat selalu
menjaga sikap mental manusia agar tidak mudah terjerumus kedalam mentalitas
pragmatis instrumental, yang menganggap bahwa sesuatu dianggap bernilai sejauh
jelas manfaatnya dan dapat diperalat untuk kepentingan kita.
Secara spesifik,
filsafat selalu dan sudah memberikan pelayanan itu kepada ilmu pengetahuan
(sains) yang mencoba
mensistematisasikan, membetulkan dan memastikan ajaran agama yang berdasarkan
wahyu, yaitu ilmu teologi. Teologi dengan sendirinya memerlukan paham-paham dan
metode-metode tertentu, dan paham-paham serta metode-metode itu dengan
sendirinya diambil dari filsafat. Misalnya, masalah penentuan Allah dan
kebebasan manusia (masalah kehendak bebas) hanya dapat dibahas dengan memakai
cara berpikir filsafat. Hal yang sama juga berlaku dalam masalah
"theodicea", pertanyaan tentang bagaimana Allah yang sekaligus
Mahabaik dan Mahakuasa, dapat membiarkan penderitaan dan dosa berlangsung
(padahal ia tentu dapat mencegahnya).
Berdasarkan uraikan di
atas dapat disimpulkan bahwa antara
filsafat, ilmu pengetahuan dan agama merupakan satu kesatuan bangunan paramida
yang merupakan sarana untuk mencapai kebenaran dan juga saling isi-mengisi di
dalam menjawab persoalan-persoalan yang diajukan oleh manusia.
2. Uraikan peranan filsafat pendidikan
dalam penelitian pendidikan?
Jawab:
Sadulloh (2013: 96-110)
menjelaskan bahwa dalam mengkaji peranan filsafat pendidikan dapat ditinjau
dari tiga lapangan filsafat yaitu: metafisika, epistemologi dan aksiologi.
Metafisika memiliki
implikasi-implikasi penting untuk pendidikan karena kurikulum sekolah
berdasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai realitas. Dan apa yang kita
ketahui mengenai itu dikendalikan/didorong oleh jenis-jenis pertanyaan yang
diajukan mengenai dunia. Pada kenyataannya, setiap posisi yang berkenaan dengan
apa yang harus diajarkan sekolah dibelakangnya memiliki suatu pandangan
realitas tertentu, sejumlah respon tertentu pada pertanyaan-pertanyaan
metafisika.
Epistemologi memberikan
sumbangannya bagi teori pendidikan dalam menentukan kurikulum. Pengetahuan apa
yang harus diberikan kepada anak, diajarkan disekolah, dan bagaimana cara untuk
memperoleh pengetahuan tersebut, begitu juga bagaimana cara menyampaikan
pengetahuan tersebut.
Aksiologi menyoroti
fakta bahwa guru memiliki suatu minat tidak hanya pada kuantitas pengetahuan
yang diperoleh siswa melainkan juga dalam kualitas kehidupan yang dimungkinkan
karena pengetahuan itu. Pengetahuan yang luas tidak dapat memberi keuntungan pada
individu jika ia tidak mampu menggunakan pengetahuan itu untuk kebaikan.
Lapangan-lapangan
filsafat diatas (metafisika, epistemologi dan aksiologi) secara singkat
menggambarkan alat-alat yang dapat digunakan para guru untuk memikirkan
mengenai beragam aspek penelitian. Dengan hal itu, filsafat pendidikan sangat berperan dalam hal
penelitian pendidikan, sehingga dengan penelitian-penelitian pendidikan
tersebut dapat memberikan kontribusi pada tercaipainya tujuan pendidikan.
3. Uraikan hubungan Ilmu, kebudayaan, bahasa dan penelitian
ilmiah?
Jawab:
Izuddin Taufiq (dudung,
2015: 1) Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan,
pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar
ataupun asal usulnya
Edward B. Taylor (khairunnas, 2014: 1) Kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang
didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
Walija (setiawan, 2015: 1) Mengungkapkan
definisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk
menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain.
Parson (Fatmawati, 2015: 1) Penelitian ilmih ialah suatu
pencarian dari segala sesuatu yang dilakukan dengan secara sistematis, dengan
penekanan bahwa pencariannya yang dilakukan pada masalah-masalah yang bisa
dipecahkan dengan menggunakan penelitian.
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimplkan bahwa hubungan antara ilmu, kebudayaan, bahasa dan penelitian ilmiah
adalah terletak pada hubungan saling melengkapi dimana dengan adanya bahasa dan
penelitian ilmiah, ilmu pengetahuan dapat dimengerti dan dapat tersusun secara
sistematis (ilmiah) dan ilmu akan menjadi kebudayaan ketika ilmu menjadi adat
istiadat, hukum dimasyarakat.
4. Jelaskan
aplikasi filsafat progressivisme dalam pembelajaran di SMA?
Jawab:
John
Dewey (Mahsun, 2010: 1) pandangan
Progresivisme tentang pembelajaran di SMA, bahwa daya pikir anak bisa
diterapkan dalam penyelasaian masalah yang lebih kompleks dengan melakukan
keterampilan tertentu misalnya perbengkelan, pertukangan, dan sebagainya.
Bahkan karena pada periode ini kemampuan reflektif anak mulai meningkat, maka
langkah-langkah tersebut dapat ditemukan dalam solusi alternatif terhadap
masalah yang dihadapinya.
Dengan demikian yang terpenting menurut teori
pendidikan progresivisme adalah mengajarkan cara belajar yang tepat, sehingga
seorang dapat belajar setiap saat dari realitas secara mandiri, baik di dalam
maupun di luar sekolah, pada saat, sedang, ataupun setelah menyelesaikan
pendidikan formal. Dengan cara demikian sekolah akan melahirkan
individu-individu yang cerdas, kreatif, dan inovatif yang pada akhirnya dapat
melakukan transformasi budaya positif kea rah yang lebih baik dari masyarakat
yang progresif.
5. Jelaskan aplikasi aliran Filsafat
Perenialisme dalam pendidikan?
Jawab:
Plato, Aristoteles dan
Thomas Aquinas (Bayu, 2014: 1) Dibidang pendidikan, Dalam hal ini pokok pikiran
Plato tentang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai adalah manifestasi dari pada
hukum universal yang abadi dan sempurna, yakni ideal, sehingga ketertiban
sosial hanya akan mungkin bila ide itu menjadi ukuran, asas normatif dalam tata
pemerintahan. Maka tujuan utama pendidikan adalah “membina pemimpin yang sadar
dan mempraktekkan asas-asas normatif itu dalam semua aspek kehidupan.
Menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga potensi, yaitu:
nafsu, kemauwan dan pikiran. Pendidikan hendaknya berorientasi pada potensi
itudan kepada masyarakat, agar supaya kebutuhan yang ada disetiap lapisan
masyarakat bisa terpenuhi. Ide-ide Plato itu dikembangkan oleh Aristoteles
dengan lebih mendekat pada dunia kenyataan. Bagi Aristoteles, tujuan pendidikan
adalah “kebahagiaan”. Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, maka aspek jasmani,
emosi yang intelek harus dikenbangkan secara seimbang.
Seperti halnya
prinsip-prinsip Plato dan Aristoteles, pendidikan yang dimaui oleh Thomas
Aquinas adalah sebagai ”Usaha mewujutkan kapasitas yang ada dalam individu agar
menjadi aktualitas” aktif dan nyata. Dalam hal ini peranan guru adalah mengajar
– memberi bantuan pada anak didik untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada
padanya.
Pandangan perenialisme menurut Plato, Aristoteles dan
Thomas Aquinas (Bayu, 2014: 1)
dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
Prinsip-prinsip
pendidikan perenialisme tersebut perkembangannya telah mempengaruhi sistem
pendidikan modern, seperti pembagian kurikulum untuk sekolah dasar, menengah
perguruan tinggi dan pendidikan orang dewasa.
Perenialisme
memandang edukation as cultural regresion: pendidikan sebagai
jalan kembali,atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam
kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan yang ideal. Tugas
pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang
pasti, absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang
dipandang kebudayaan ideal tersebut.
Bagi perenialist bahwa
nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan abadi, inilah yang harus menjadi
tujuan pendidikan yang sejati. Sebab itu, tujuan pendidikannya adalah membantu
peserta didik menyingkapkan dan menginternalisasikan nila-nilai kebenaran yang
abadi agar mencapai kebijakan dan kebaikan dalam hidup.
Sekolah merupakan
lembaga tempat latihan elite itelektual yang mengetahui kebenaran dan suatu
waktu akan meneruskannya kepada generasi pelajar yang baru. Sekolah adalah
lembaga yang berperan mempersiapkan peserta didik atau orang muda untuk terjun
kedalam kehidupan. Sekolah bago perenialist merupakan peraturan-peraturan
yang artificial dimana peserta didik berkenalan dengan hasil
yang paling baik dari warisan sosial budaya
Kurikulum pendidikan
bersifat subject centered berpusat pada materi pelajaran.
Materi pelajaran haris bersifat uniform, universal dan abadi,
selain itu materi pelajaran terutama harus terarah kepada pembentukan
rasionalitas manusia, sebab demikianlah hakikat manusia. Mata pelajaran yang
mempunyai status tertinggi adalah mata pelajaran yang mempunyai “rational content”
yang lebih besar.
Metode pendidikan atau
metode belajar utama yang digunakan oleh perenialist adalah membaca dan
diskusi, yaitu membaca dan mendikusikan karya-karya besar yang tertuang
dalam the great books dalam rangka mendisiplinkan pikiran.
Peran
guru bukan sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga
sebagai “mirid” yang mengalami proses belajar serta mengajar. Guru
mengembangkan potensi-potensi self-discovery, dan ia
melakukan moral authority (otoritas moral) atas murid-muridnya
karena ia seorang propesional yang qualifiet dan superior.
6. Jelaskan aplikasi aliran
Filsafat rekonstruksivisme dalam pendidikan?
Jawab:
Power (Awaluddin, 2012:
1) menggunakan istilah neoprogresivisme untuk aliran
rekonstruksionisme, dan mengemukakan implikasi pendidikannya sebagai berikut:
Tema
Pendidikan merupakan
usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial.
Tujuan
Pendidikan
Pendidikan
bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal. Transmisi budaya
adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya juga harus
mengenal fakta budaya yang majemuk tersebut.
Kurikulum
Kurikulum sekolah tidak
boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya yang ditentukan atau
disukai. Semua budaya dan nilai-nilai yang berhubungan berhak untuk mendapatkan
tempat dalam kurikulum.
Kedudukan
siswa
Nilai-nilai
budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga. Keluhuran
pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, mana kala rasa hormat diterima
semua latar belakang budaya.
Metode
Sebagai kelanjutan dari
pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan (learning by doing).
Peranan
Guru
Guru harus menunjukkan
rasa hormat yang sejati atau ikhlas terhadap semua budaya baik dalam memberi
pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus mewakili budaya
masyarakat.
7.
Secara psikologis, dan perkembangan IPTEKS manusia harus
dididik. Jelaskan alasan anda?
Jawab:
Pada hakekatnya manusia memiliki potensi-potensi untuk dikembangkan.
Pengembangan potensi-potensi itu dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
adalah faktor dari luar. Pengembangan potensi manusia dapat mengarah ke hal
yang buruk dan hal baik. Oleh karena hal itu, maka manusia harus
dididik untuk mengaktualisasikan potensi-potensi tersebut agar berkembang ke
arah kesempurnaan serta mencegah atau mengendalikan kemungkinan-kemungkinan
terjadinya perubahan yang mengarah kejelekan.
William
Stern (ahmad, 2013: 1) menyatakan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh hasil
perpaduan antara faktor bakat/pembawaan dan faktor alam sekitarnya. Faktor
pembawaan atau potensi yang dibawa sejak lahir dapat berkembang apabila diberi
rangsangan dari luar yang berupa pendidikan. Emmanuel Kant (ahmad, 2013: 1)
juga mengatakan bahwa, “Manusia hanya dapat menjadi manusia karena
pendidikan." Sehingga apabila manusia itu tidak dididik, maka tidak akan
menjadi manusia yang sebenarnya. Pendidikan dapat mengembangkan semua potensi
yang ada pada manusia, baik perkembangan cipta, rasa, karsa, ketrampilan,
jasmani dan rohani untuk menuju kedewasaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2013. Ilmu Pendidikan. http://glosariumsyawal.blogspot.co.id/2013/12/ilmu-pendidikan-mengapa-manusia-harus.html. (diakses 26 November 2015).
Anwar. 2013. Ilmu,
Filsafat dan Agama. http://anwaruben.blogspot.co.id/2013/11/ilmu-filsafat-dan-agama-dalam.html. (diakses 26 November 2015).
Awaluddin. 2012. Filsafat
Pendidikan Rekonstruksionisme. http://belajarpai09.blogspot.co.id/2012/04/filsafat-pendidikan-rekonstruksionisme.html. (diakses 26 November 2015).
Bayu. 2014. Teori
Pendidikan Perenialisme. http://anakstain.blogspot.co.id/2014/03/teori-pendidikan-esensialisme-dan.html. (diakses 26 November 2015).
Dudung. 2015. Pengertian
Ilmu Menurut Para Ahli. http://www.dosenpendidikan.com/10-pengertian-ilmu-menurut-para-ahli/.html. (diakses 26 November 2015).
Fatmawati. 2015. Hubungan Ilmu dan Kebudayaan. http://fatmawatilinguistik.blogspot.co.id/2015/01/hubungan-ilmu-dan-kebudayaan.html. (diakses 26 November 2015).
Khairunnas. 2014. Pengertian
Kebudayaan. http://khairunnascs.blogspot.co.id/2014/12/100-pengertian-kebudayaan.html. (diakses 26 November 2015).
Mahsun. 2010. Implementasi Teori Progresivisme. http://mahsunmahfudh.blogspot.co.id/2010/10/implementasi-teori-progresivisme-dalam.html. (diakses 26 November 2015).
Sadulloh,
uyoh. 2013.
Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung. Alfabeta.
Setiawan. 2015. Definisi Bahasa Menurut Para Ahli. http://www.gurupendidikan.com/15-definisi-bahasa-menurut-para-ahli/.html. (diakses 26 November 2015).
0 komentar:
Posting Komentar