Senin, 28 Desember 2015

FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN

oleh:
La Ode Muh. Yamin


1.      Jelaskan hubungan antara fisafat, sains dan agama?
Jawab:
Albert Einstein (Anwar, 2013: 1) pernah mengatakan bahwa “ilmu pengetahuan (sains) tanpa agama buta, agama tanpa ilmu pengetahuan (sains) lumpuh”. Maksudnya, pentingnya agama untuk melambari ilmu pengetahuan (sains) dan perlunya ilmu pengetahuan dalam pengamalan agama. Ilmu dan agama merupakan dua instrumen penting bagi manusia untuk menata diri, berperilaku, bermasyarakat, bernegara serta bagaimana manusia memaknai hidup dan kehidupan. Keduanya diperlukan dalam mendorong manusia untuk hidup secara benar.
Zainal Abidin Bagir (Anwar, 2013: 1) mengemukakan hubungan filsafat, sains dan agama adalah sebagai berikut:
kesadaran kritis dari filsafat sehingga membentuk ilmu pengetahuan sangat berguna untuk mengelupaskan sisisisi ilusoris agama, bukan untuk menghancurkan agama, melainkan untuk menemukan hal-hal yang lebih esensial dari agama.
Agama dapat selalu mengingatkan bahwa ilmu bukanlah satu-satunya jalan menuju kebenaran dan makna terdalam kehidupan manusia. Dalam dunia manusia, terdapat relitas pengalaman batin yang membentuk makna dan nilai. Hal itu merupakan wilayah yang tidak banyak disentuh oleh ilmu, wilayah yang ambigu tetap riil. 
Agama dapat juga selalu mengingatkan ilmu dan teknologi untuk senantiasa membela nilai kehidupan dan kemanusiaan bahkan di atas kemajuan pengetahuan itu sendiri. 
Agama pun dapat selalu menjaga sikap mental manusia agar tidak mudah terjerumus kedalam mentalitas pragmatis instrumental, yang menganggap bahwa sesuatu dianggap bernilai sejauh jelas manfaatnya dan dapat diperalat untuk kepentingan kita.
Secara spesifik, filsafat selalu dan sudah memberikan pelayanan itu kepada ilmu pengetahuan (sains)  yang mencoba mensistematisasikan, membetulkan dan memastikan ajaran agama yang berdasarkan wahyu, yaitu ilmu teologi. Teologi dengan sendirinya memerlukan paham-paham dan metode-metode tertentu, dan paham-paham serta metode-metode itu dengan sendirinya diambil dari filsafat. Misalnya, masalah penentuan Allah dan kebebasan manusia (masalah kehendak bebas) hanya dapat dibahas dengan memakai cara berpikir filsafat. Hal yang sama juga berlaku dalam masalah "theodicea", pertanyaan tentang bagaimana Allah yang sekaligus Mahabaik dan Mahakuasa, dapat membiarkan penderitaan dan dosa berlangsung (padahal ia tentu dapat mencegahnya).
Berdasarkan uraikan di atas  dapat disimpulkan bahwa antara filsafat, ilmu pengetahuan dan agama merupakan satu kesatuan bangunan paramida yang merupakan sarana untuk mencapai kebenaran dan juga saling isi-mengisi di dalam menjawab persoalan-persoalan yang diajukan oleh manusia.

2.      Uraikan peranan filsafat pendidikan dalam penelitian pendidikan?
Jawab:
Sadulloh (2013: 96-110) menjelaskan bahwa dalam mengkaji peranan filsafat pendidikan dapat ditinjau dari tiga lapangan filsafat yaitu: metafisika, epistemologi dan aksiologi.
Metafisika memiliki implikasi-implikasi penting untuk pendidikan karena kurikulum sekolah berdasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai realitas. Dan apa yang kita ketahui mengenai itu dikendalikan/didorong oleh jenis-jenis pertanyaan yang diajukan mengenai dunia. Pada kenyataannya, setiap posisi yang berkenaan dengan apa yang harus diajarkan sekolah dibelakangnya memiliki suatu pandangan realitas tertentu, sejumlah respon tertentu pada pertanyaan-pertanyaan metafisika.
Epistemologi memberikan sumbangannya bagi teori pendidikan dalam menentukan kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan kepada anak, diajarkan disekolah, dan bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut, begitu juga bagaimana cara menyampaikan pengetahuan tersebut.
Aksiologi menyoroti fakta bahwa guru memiliki suatu minat tidak hanya pada kuantitas pengetahuan yang diperoleh siswa melainkan juga dalam kualitas kehidupan yang dimungkinkan karena pengetahuan itu. Pengetahuan yang luas tidak dapat memberi keuntungan pada individu jika ia tidak mampu menggunakan pengetahuan itu untuk kebaikan.
Lapangan-lapangan filsafat diatas (metafisika, epistemologi dan aksiologi) secara singkat menggambarkan alat-alat yang dapat digunakan para guru untuk memikirkan mengenai beragam aspek penelitian. Dengan hal itu,  filsafat pendidikan sangat berperan dalam hal penelitian pendidikan, sehingga dengan penelitian-penelitian pendidikan tersebut dapat memberikan kontribusi pada tercaipainya tujuan pendidikan.

3.      Uraikan hubungan Ilmu, kebudayaan, bahasa dan penelitian ilmiah?
Jawab:
Izuddin Taufiq (dudung, 2015: 1) Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya
Edward B. Taylor (khairunnas, 2014: 1) Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
Walija (setiawan, 2015: 1) Mengungkapkan definisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain.
Parson (Fatmawati, 2015: 1) Penelitian ilmih ialah suatu pencarian dari segala sesuatu yang dilakukan dengan secara sistematis, dengan penekanan bahwa pencariannya yang dilakukan pada masalah-masalah yang bisa dipecahkan dengan menggunakan penelitian.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimplkan bahwa hubungan antara ilmu, kebudayaan, bahasa dan penelitian ilmiah adalah terletak pada hubungan saling melengkapi dimana dengan adanya bahasa dan penelitian ilmiah, ilmu pengetahuan dapat dimengerti dan dapat tersusun secara sistematis (ilmiah) dan ilmu akan menjadi kebudayaan ketika ilmu menjadi adat istiadat, hukum dimasyarakat.

4.      Jelaskan aplikasi filsafat progressivisme dalam pembelajaran di SMA?
Jawab:
John Dewey (Mahsun, 2010: 1) pandangan  Progresivisme tentang pembelajaran di SMA, bahwa daya pikir anak bisa diterapkan dalam penyelasaian masalah yang lebih kompleks dengan melakukan keterampilan tertentu misalnya perbengkelan, pertukangan, dan sebagainya. Bahkan karena pada periode ini kemampuan reflektif anak mulai meningkat, maka langkah-langkah tersebut dapat ditemukan dalam solusi alternatif terhadap masalah yang dihadapinya.  Dengan demikian yang terpenting menurut teori pendidikan progresivisme adalah mengajarkan cara belajar yang tepat, sehingga seorang dapat belajar setiap saat dari realitas secara mandiri, baik di dalam maupun di luar sekolah, pada saat, sedang, ataupun setelah menyelesaikan pendidikan formal. Dengan cara demikian sekolah akan melahirkan individu-individu yang cerdas, kreatif, dan inovatif yang pada akhirnya dapat melakukan transformasi budaya positif kea rah yang lebih baik dari masyarakat yang progresif.

5.      Jelaskan aplikasi aliran Filsafat Perenialisme dalam pendidikan?
Jawab:
Plato, Aristoteles dan Thomas Aquinas (Bayu, 2014: 1) Dibidang pendidikan, Dalam hal ini pokok pikiran Plato tentang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai adalah manifestasi dari pada hukum universal yang abadi dan sempurna, yakni ideal, sehingga ketertiban sosial hanya akan mungkin bila ide itu menjadi ukuran, asas normatif dalam tata pemerintahan. Maka tujuan utama pendidikan adalah “membina pemimpin yang sadar dan mempraktekkan asas-asas normatif itu dalam semua aspek kehidupan. Menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga potensi, yaitu: nafsu, kemauwan dan pikiran. Pendidikan hendaknya berorientasi pada potensi itudan kepada masyarakat, agar supaya kebutuhan yang ada disetiap lapisan masyarakat bisa terpenuhi. Ide-ide Plato itu dikembangkan oleh Aristoteles dengan lebih mendekat pada dunia kenyataan. Bagi Aristoteles, tujuan pendidikan adalah “kebahagiaan”. Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, maka aspek jasmani, emosi yang intelek harus dikenbangkan secara seimbang.
Seperti halnya prinsip-prinsip Plato dan Aristoteles, pendidikan yang dimaui oleh Thomas Aquinas adalah sebagai ”Usaha mewujutkan kapasitas yang ada dalam individu agar menjadi aktualitas” aktif dan nyata. Dalam hal ini peranan guru adalah mengajar – memberi bantuan pada anak didik untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya.
Pandangan perenialisme menurut Plato, Aristoteles dan Thomas Aquinas (Bayu, 2014: 1) dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
Prinsip-prinsip pendidikan perenialisme tersebut perkembangannya telah mempengaruhi sistem pendidikan modern, seperti pembagian kurikulum untuk sekolah dasar, menengah perguruan tinggi dan pendidikan orang dewasa.
Perenialisme memandang edukation as cultural regresion: pendidikan sebagai jalan kembali,atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan yang ideal. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti, absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang kebudayaan ideal tersebut.
Bagi perenialist bahwa nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan abadi, inilah yang harus menjadi tujuan pendidikan yang sejati. Sebab itu, tujuan pendidikannya adalah membantu peserta didik menyingkapkan dan menginternalisasikan nila-nilai kebenaran yang abadi agar mencapai kebijakan dan kebaikan dalam hidup.
Sekolah merupakan lembaga tempat latihan elite itelektual yang mengetahui kebenaran dan suatu waktu akan meneruskannya kepada generasi pelajar yang baru. Sekolah adalah lembaga yang berperan mempersiapkan peserta didik atau orang muda untuk terjun kedalam kehidupan. Sekolah bago perenialist merupakan peraturan-peraturan yang artificial dimana peserta didik berkenalan dengan hasil yang paling baik dari warisan sosial budaya
Kurikulum pendidikan bersifat subject centered berpusat pada materi pelajaran. Materi pelajaran haris bersifat uniform, universal dan abadi, selain itu materi pelajaran terutama harus terarah kepada pembentukan rasionalitas manusia, sebab demikianlah hakikat manusia. Mata pelajaran yang mempunyai status tertinggi adalah mata pelajaran yang mempunyai “rational content” yang lebih besar.
Metode pendidikan atau metode belajar utama yang digunakan oleh perenialist adalah membaca dan diskusi, yaitu membaca dan mendikusikan karya-karya besar yang tertuang dalam the great books dalam rangka mendisiplinkan pikiran.
Peran guru bukan sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai “mirid” yang mengalami proses belajar serta mengajar. Guru mengembangkan potensi-potensi self-discovery, dan ia melakukan moral authority (otoritas moral) atas murid-muridnya karena ia seorang propesional yang qualifiet dan superior.

6.      Jelaskan aplikasi aliran Filsafat  rekonstruksivisme  dalam pendidikan?
Jawab:
Power (Awaluddin, 2012: 1) menggunakan istilah neoprogresivisme untuk aliran rekonstruksionisme, dan mengemukakan implikasi pendidikannya sebagai berikut:
Tema
Pendidikan merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial.

Tujuan Pendidikan
Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal. Transmisi budaya adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya juga harus mengenal fakta budaya yang majemuk tersebut.

Kurikulum
Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai-nilai yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.

Kedudukan siswa
Nilai-nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga. Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, mana kala rasa hormat diterima semua latar belakang budaya.
Metode
Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan (learning by doing).

Peranan Guru
Guru harus menunjukkan rasa hormat yang sejati atau ikhlas terhadap semua budaya baik dalam memberi pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus mewakili budaya masyarakat.

7.      Secara psikologis, dan perkembangan IPTEKS manusia harus dididik. Jelaskan alasan anda?
Jawab:
Pada hakekatnya manusia memiliki potensi-potensi untuk dikembangkan. Pengembangan potensi-potensi itu dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor dari luar. Pengembangan potensi manusia dapat mengarah ke hal yang buruk dan hal baik. Oleh karena hal itu, maka manusia harus dididik untuk mengaktualisasikan potensi-potensi tersebut agar berkembang ke arah kesempurnaan serta mencegah atau mengendalikan kemungkinan-kemungkinan terjadinya perubahan yang mengarah kejelekan.
William Stern (ahmad, 2013: 1) menyatakan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh hasil perpaduan antara faktor bakat/pembawaan dan faktor alam sekitarnya. Faktor pembawaan atau potensi yang dibawa sejak lahir dapat berkembang apabila diberi rangsangan dari luar yang berupa pendidikan. Emmanuel Kant (ahmad, 2013: 1) juga mengatakan bahwa, “Manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan." Sehingga apabila manusia itu tidak dididik, maka tidak akan menjadi manusia yang sebenarnya. Pendidikan dapat mengembangkan semua potensi yang ada pada manusia, baik perkembangan cipta, rasa, karsa, ketrampilan, jasmani dan rohani untuk menuju kedewasaannya.















DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2013. Ilmu Pendidikan. http://glosariumsyawal.blogspot.co.id/2013/12/ilmu-pendidikan-mengapa-manusia-harus.html. (diakses 26 November 2015).
Anwar. 2013. Ilmu, Filsafat dan Agama. http://anwaruben.blogspot.co.id/2013/11/ilmu-filsafat-dan-agama-dalam.html. (diakses 26 November 2015).
Awaluddin. 2012. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme. http://belajarpai09.blogspot.co.id/2012/04/filsafat-pendidikan-rekonstruksionisme.html. (diakses 26 November 2015).
Bayu. 2014. Teori Pendidikan Perenialisme. http://anakstain.blogspot.co.id/2014/03/teori-pendidikan-esensialisme-dan.html. (diakses 26 November 2015).
Dudung. 2015. Pengertian Ilmu Menurut Para Ahli. http://www.dosenpendidikan.com/10-pengertian-ilmu-menurut-para-ahli/.html. (diakses 26 November 2015).
Fatmawati.  2015. Hubungan Ilmu dan Kebudayaan. http://fatmawatilinguistik.blogspot.co.id/2015/01/hubungan-ilmu-dan-kebudayaan.html. (diakses 26 November 2015).
Khairunnas. 2014. Pengertian Kebudayaan. http://khairunnascs.blogspot.co.id/2014/12/100-pengertian-kebudayaan.html. (diakses 26 November 2015).
Mahsun. 2010. Implementasi Teori Progresivisme. http://mahsunmahfudh.blogspot.co.id/2010/10/implementasi-teori-progresivisme-dalam.html. (diakses 26 November 2015).
Sadulloh, uyoh. 2013. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung. Alfabeta.
Setiawan. 2015. Definisi Bahasa Menurut Para Ahli. http://www.gurupendidikan.com/15-definisi-bahasa-menurut-para-ahli/.html. (diakses 26 November 2015).

0 komentar:

Posting Komentar